Senin, 21 Desember 2015

INTEGRASI NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA KE DALAM PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Saat ini masalah nilai-nilai budaya bangsa menjadi sorotan penting masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang tercantum dalam berbagai media massa. Selain itu masalah nilai-nilai budaya bangsa juga menjadi topik pembicaraan dari berbagai kalangan. Persoalan yang sering menjadi topik pembicaraan yaitu kasus korupsi yang semakin marak, kasus kekerasan, kejahatan seksual, perkelahian massa, dan sebagainya.
Untuk mengatasinya telah diajukan peraturan, undang-undang, dan hukum yang lebih kuat. Pendidikan merupakan alternatif lain yang sering dikemukakan untuk mengatasi permasalahan - permasalahan nilai-nilai budaya yang terjadi atau setidaknya dapat menguranginya.
Pendidikan adalah hal yang paling berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya karena pendidikan membangun generasi baru bangsa. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya. Hasil dari pendidikan memang tidak dapat terlihat dalam waktu yang singkat, namun pendidikan memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah pendidikan yang mengajarkan bagaimana kehidupan sosial dalam berbagai ruang lingkup. Ilmu sosial merupakan pengetahuan yang terus menerus dari generasi ke generasi dari perkembangan jaman. Ilmu sosial juga dapat membentuk karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa.
Oleh karenanya ilmu sosial juga berperan penting terhadap perkembangan peserta didik agar menjadi generasi yang lebih baik. Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan nilai-nilai budaya bangsa telah pula menjadi kepedulian pemerintah melalui di berbagai lembaga pemerintah terutama di Kementrian Pendidikan Nasional. Diharapkan upaya ini dapat mengatasi permasalahan-permasalahan nilai-nilai budaya bangsa.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari integrasi dan integrasi budaya ?
2.      Apa pengertian dari nilai-nilai budaya bangsa ?
3.      Jelaskan fungsi integrasi nilai-nilai budaya bangsa dalam pendidikan IPS?
4.      Sebutkan dari beberapa tujuan integrasi nilai-nilai budaya bangsa dalam pendidikan IPS ?
5.      Bagaimana pengintegrasian terhadap pendidikan IPS ?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Bagi penulis
a.    Dapat menambah wawasan.
b.    Mengetahui pembuatan peraturan dan prosedur ruang kelas untuk anak sekolah dasar yang sesuai.
2.    Bagi pembaca
a.    Untuk mengetahui pengelolahan kelas yang efektif.
b.    Untuk mengetahui beberapa peraturan umum yang meliputi perilaku di ruang kelas
c.    Untuk mengetahui cara penggunaan mengatur prosedur ruang kelas
d.   Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan bahan referansi dalam pembuatan  makalah yang berkaitan dengan materi yang kami  sajikan pada lain waktu maupun sebagai bahan bacaan di waktu senggang.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Integrasi
Istilah Integrasi berasal dari bahasa inggris yaitu integrate. Dalam buku The Contemprorary English – Idonesian Dictionary (Peter Salim, 2005), istilah integrate (vt) integrated, integrating, integrates diterjemahkan menjadi menggabungkan; menyatupadukan; mengintegrasikan; sedangkan integrated (adj) diterjemahkan menjadi dapat bergaul dengan orang dari berbagai suku dengan dasar yang sama; terpadu. Bersatunya perbedaan – perbedaan yang ada dalam masyarakat multikultural merupakan salah satu penyebab yang akan membawa masyarakat ke arah integrasi.
 Integrasi Sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara unsur – unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
KBBI disebutkan bahwa integrasi adalah pembauran sesuatu yang utuh dan bulat. Sedangkan integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur – unsur yag berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan.[1]
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok – kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing – masing. Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur – unsur sosial atau kemasyarakatan.[2]
Nazaruddin Sjamsuddin (1989: 11 – 12) dan Sartono Kartodirdjo (1982 : 247) membedakan integrasi menjadi 2 dimensi, yaitu :
1.        Dimensi Vertikal, integrasi nasional bertujuan mengintegrasikan persepsi dan perilaku elite dan massa yaitu dengan menghilangkan atau mengurangi kesenjangan antara kelompok yang berpengaruh dengan kelompok yang dipengaruhi.
2.        Dimensi Horizontal, proses integrasi pada upaya menjembatani perbedaan yang dilakukan oleh faktor teritorial (termasuk cultural) dengan jalan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh faktor – faktor.

B.       Integrasi Budaya
Setiap negara memiliki budaya negara, tiap masyarakat memiliki budaya masyarakat, tiap komunitas memiliki budayanya sendiri. Saat kita mengalami perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, kita tidak mungkin bisa hidup nyaman tanpa melakukan adptasi budaya, harus ada yang di ubah dalam diri kita apabila mau hidup tenang di masyarakat yang baru. Begitu juga yang harus dilakukan oleh para imigran, termasuk buruh migrant.
Integrasi budaya ini sering disebut asimilasi budaya. Asimilasi budaya adalah proses yang terdiri dari integrasi budaya dimana anggota dari sebuah kebudayaan, seperti imigran, yang biasanya merupakan golongan minoritas, diterima dalam golongan komunitas baru yang lebih besar. Proses asimilasi biasanya menyebabkan hilangnya karakteristik dari komunitas yang terserap. Proses asimilasi ini dilakukan para imigran secara sukarela karena dia merasa butuh dan memiliki jiwa perubahan serta kemauan untuk berubah, tetapi juga ada yang berasimilasi karena tekanan negara penerimanya, misal : karena penjajahan atau karena tekanan kebudayaan yang lebih besar.
Faktor utama dalam asimilasi adalah faktor bahasa dan budaya. Masalah utama dalam masuk ke suatu negara sebagai imigran, contoh ke USA, adalah bukan di bagian imigrasinya, tapi di masalah bahasa dan budaya. Setiap orang yang pergi ke satu negara minimal dia harus menguasai bahasanya. Itu merupakan syarat utama apabila mau diterima dalam sebuah kebudayaan yang baru.
Tempat atau komunitas dimana asimilasi itu terjadi disebut Melting Pot, Melting Pot adalah sebuah wadah yang berisi berbagai ras, budaya dan etnis yang bersatu padu sehingga menimbulkan sebuah persatuan multietnis  yang berkembang. Salah satu negara yang disebut melting pot paling baik di dunia adalah USA dan Kanada. Mengenai multikulturalisme di Kanaa.
Beberapa contoh asimilasi adalah imigran meksiko yang pergi ke USA untuk mencari kerja. Di awal kedatangan mereka ke USA, mereka selalu di tolak dan di anggap mengganggu. Beberapa penyebab penolakan terhadap mereka adalah masalah bahasa dan mereka di anggap sebagai masyarakat kumuh oleh penduduk asli di USA. Tapi akhirnya mereka sekarang menjadi salah satu etnis yang unggul di USA.
Itu adalah contoh imigran yang berhasil. Contoh lain adalah etnis keturunan Tionghoa yang berada di Indonesia. Para etnis keturunan Tionghoa ini menjadi penguasa lahan ekonomi di Indonesia, hampir semua lahan ekonomi, sebelum tahun 1998, dikuasai oleh mereka. Tapi mereka kurang melebur dengan masyarakat asli pribumi Indonesia, akhirnya pada kerusuhan 1998, merekalah yang menjadi sasaran utama. Setela itu, para imigran Tionghoa memahami pentingnya integrasi budaya dan sekarang mereka sudah melebur dengan masyarakat pribumi dan akhirnya mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Jadi salah satu hal penting imigrasi adalah asimilasi budaya. Seorang imigran harus melebur dengan lingkungan barunya, terutama dalam hal bahasa dan budaya. Kebanyakan seorang imigran yang dapat melebur dengan baik pada masyarakat barunya, tetapi tetap menunjukkan budaya aslinya, akan mendapat tempat yang baik di masyarakat dan menjadi mudah akrab karena dianggap unik. Bahkan asimilasi ini menjadikan timbulnya budaya – budaya baru, seperti kawasan China Town atau Litte Arab di negara di dunia. Hal itu menjadikan keunikan sendiri, yaitu gabungan budaya asli yang kental disana, tapi sudah disesuaikan dengan kebudayaan negara yang ditinggali, jadilah sebuah kebudayaan yang menarik dan unik.[3]   



C.      Pengertian Nilai-Nilai Budaya Bangsa
Nilai – nilai budaya merupakan nila – nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol – simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai – nilai budaya akan tampak pada simbol – simbol, slogan, motto, visi dan misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada 3 hal yang terkait dengan nilai – nilai budaya, yaitu :
1.        Simbol – Simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2.        Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, motto tersebut
3.        Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).[4]
Menurut Theodorson dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai kehidupan manusia itu sendiri.
 Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan, akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur dalam sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
 Nilai budaya adalah nilai-nilai yang melekat pada masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan yang terdapat pada perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan. Nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara, alat- alat, dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia. Selanjutnya, bertitik tolak dari penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam menjalakankan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai - nilai atau sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri.
Artinya nilai-nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut. Suatu nilai apabila sudah membudaya di dalam diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkah laku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain-lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai budaya bangsa adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman atau petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, dan patut atau tidak patut yang sesuai dengan budaya bangsa tersebut. Nilai-nilai budaya bangsa dapat menjadi ciri khas dari bangsa itu sendiri.

D.      Fungsi Integrasi Nilai-Nilai Budaya Bangsa Dalam Pendidikan IPS
Fungsi nilai-nilai budaya bangsa adalah :
1.        Pengembangan : mengembangkan peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku nilai-nilai budaya bangsa agar lebih terbentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa.
2.        Perbaikan : dilakukan untuk memperkuat sikap peserta didik dalam mengembangkan peserta didik yang lebih baik.
3.        Penyaring : untuk dapat memilah dan menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya-budaya asing yang masuk yang tidak sesuai dengan kebudayaan di Indonesia.

E.       Tujuan Integrasi Nilai-Nilai Budaya Bangsa Dalam Pendidikan IPS
Tujuan nilai-nilai budaya bangsa adalah :
1.        Menyadarkan peserta didik akan pentingnya nilai-nilai budaya bangsa dalam kehidupan sehari-hari
2.        Mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai
3.         Menanamkan jiwa tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa
4.         Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kakuatan.

F.       Pengintegrasian Dalam Pendidikan IPS
Pembentukan nilai-nilai budaya bangsa diintegrasikan dalam pokok bahasan pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
1.        Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya.
2.        Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang dikembangkan.
3.        Mencantumkan nilai-nilai budaya bangsa itu ke dalam silabus.
4.        Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP.
5.        Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai.
6.        Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.[5]
Pembentukan nilai-nilai budaya bangsa melalui pengintegrasian dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial dapat menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak yang dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan luar sekolah.
Ø  Kelas
Hampir seluruh proses belajar mengajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dilakukan di dalam kelas. Proses belajar mata pelajaran IPS dirancang sedemikian rupa untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik dalam pengembangan dan pembentukan nilai - nilai budaya bangsa. Sebelum guru masuk dan mengajar mata pelajaran IPS, guru terlebih dahulu melihat RPP dan Silabus untuk mempelajari nilai-nilai budaya apa yang akan disampaikan kepada peserta didik. Nilai-nilai budaya bangsa diajarkan oleh guru bukan dengan kegiatan belajar khusus, melainkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh guru. Dalam proses pembelajarn tersebut guru melakukan upaya pengkondisian agar peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai itu.
Ø  Sekolah
Setiap sekolah pasti memiliki berbagai kegiatan untuk dapat mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa terhadap peserta didik. Kegiatan-kegiatan tersebut telah direncanakan sejak awal tahun ajaran baru. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh peserta didik yang dinilai oleh guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi. Kegiatan tersebut di kelompokkan berdasarkan jenjang kelas yaitu jenjang kelas rendah yang meliputi kelas 1 – 3 dan jenjang kelas tinggi yang meliputi kelas 4 – 6. Contoh kegiatan yang ada pada jenjang kelas rendah meliputi lomba menyanyi lagu-lagu daerah dan bertema cinta tanah air, lomba menggambar, dan lomba mewarnai dengan tema yang menyangkut nilai-nilai budaya bangsa. Pada jenjang kelas tinggi meliputi lomba menghafal Pembukaan UUD 1945, lomba menyanyi lagu-lagu bertema cinta tanah air, penyeleksian peserta tari tradisional, lomba olahraga, membuat kreasi dari barang bekas, lomba-lomba keagamaan, dan lomba menggambar dengan tema yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Ø  Luar sekolah
Kegiatan yang dilakukan di luar sekolah juga telah direncanakan pada awal tahun ajaran baru. Kegiatan ini penting dilakukan agar peserta didik dapat mengenal dan mengetahui keadaan atau lingkungan yang ada di masyarakat. Ada beberapa kegiatan rutin yang dilakukan di luar sekolah, contohnya yaitu pembagian sembako untuk mesyarakat sekitar sekolah yang kekurangan, pembagian daging qurban yang dilakukan pada waktu peringatan hari raya Idul Adha, membersihkan tempat- tempat umum, berkunjung ke tempat-tempat yang menimbulkan rasa cinta tanah air, dan sebagainya. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh peserta didik saja, tetapi juga dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi sekolah. Hal ini dilakukan untuk dapat menumbuhkan dan membentuk nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Proses penilaian terhadap peserta didik yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya bangsa dilakukan oleh guru kelas masing-masing secara langsung berdasarkan sikap peserta didik dalam kesehariannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru mengamati peserta didik dalam hal perkataan, yakni apa yang disampaikan oleh peserta didik secara lisan, dan dalam hal perbuatan, yakni bagaimana sikap peserta didik tersebut terhadap teman-temannya di kelas dan di luar kelas dan bagaimana sikap peserta didik tersebut terhadap guru. Selain itu, penilaian juga dilakukan oleh guru dengan pemberian tugas. Guru akan menilai perkembangan anak berdasarkan nilai yang diperoleh peserta didik. Selanjutnya dengan nilai tersebut guru dapat mengamati bagaimana perkembangan peserta didik tersebut. Guru juga memberikan suatu tanggung jawab pada peserta didik mengenai suatu tugas, dan kemudian diamati bagaimana peserta didik tersebut menjalankan tanggung jawabnya. Dari hasil pengamatan dan penilaian tugas yang diberikan, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut :
A    : Sangat baik/membudaya (apabila peserta didik sudah memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
B     : Baik/mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
C     : Cukup/mulai terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda - tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).
D    : Kurang/belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
Sistem penilaian dengan pernyataan kualitatif di atas dapat digunakan oleh guru untuk memperoleh data peserta didik mengenai sikap dan perilaku peserta didik dalam satu semester tentang nilai-nilai yang terkait. Guru akan menuliskan nilai A, B, C, atau D tersebut dalam rapor untuk dapat dilaporkan pada orang tua murid mengenai perkembangan nilai-nilai budaya bangsa pada peserta didik. Sistem penilaian ini diambil bukan dari hasil akumulasi nilai-nilai sebelumnya yang diperoleh peserta didik. Penilaian diambil berdasar sikap dan perilaku peserta didik pada semester itu saja, dan penilaian akan berbeda pada semester berikutnya. Hal inilah yang membedakan penilaian hasil pengetahuan dengan nilai dan keterampilan.
Indikator yang digunakan ada 2 jenis. Pertama yaitu untuk sekolah dan kelas. Kedua yaitu indikator untuk mata pelajaran, dan yang akan dibahas yaitu untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan nilai-nilai budaya bangsa. Indikator ini berhunbungan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sehari- hari. Indikator mata pelajaran IPS menggambarkan perilaku afektif peserta didik yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS. Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah dapat diamati melalui pengamatan guru ketika peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah melalui tugas, pertanyaan, tanggung jawab, dan tugas rumah yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan nilai-nilai budaya bangsa sifatnya berkembang semakin kompleks antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya, dan bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru bebas menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks. Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan tentang perilaku untuk nilai tertentu telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta didik.

G.      Landasan Pedagogis Integrasi Nilai – Nilai Budaya Bangsa Dalam Pendidikan IPS
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, ”Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tidak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai daribudaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkunganyang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut olehummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka diatidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagaianggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruhbudaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa prosespertimbangan ( valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki normadan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukanpertimbangan. Pasal 32 ayat (1) yang berbunyi “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan nilai-nilai budayanya.” Pasal tersebut menjelaskan bahwa negara atau pemerintah ikut dalam upaya memajukan kebudayaan bangsa karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa budaya memegang peranan penting terhadap tumbuh dan kemabang peserta didik. Proses pengembangan nilai-nilai budaya bangsa ini dilakukan melalui berbagai mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting yaitu mata pelajaran IPS.  Melalui pelajaran ini dapat mengembangkan kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesaradaran tersebut dapa terbangun melalui pemberian pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup, nilai yang hidup di masyarakat, sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang, sistem pemerintahan, dan kewarganegaraan. Melalui pembelajaran yang demikian, nilai-nilai bangsa yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia. Pendidikan nilai-nilai budaya bangsa ini dilakukan melalui pengenalan, pelaksanaan, pemberian contoh nilai-nilai budaya yang menjadi dasar budaya bangsa Indonesia. Nilai- nilai yang dikembangkan berasal dari pandangan hidup, agama, budaya, dan nilai- nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.






[1] Juju Suryawati dan Kun Maryati, 2007
[2] Wikipedia, 2012
[3] Legrain, Philippe. 2006. Immigrants : Your Country Needs Them.
[4] Wikipedia, 2010
[5] //www. Infopendidikankita / integrasi-nilai-nilai-budaya.html//




Tidak ada komentar:

Posting Komentar