Kamis, 03 Desember 2015

JENIS-JENIS TES KEBAHASAAN DAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA


A.      Jenis-Jenis Tes Kebahasaan
1.         Pengertian Tes
Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas yang teren
cana untukü memperoleh informasi tentang objek atau sasaran tes yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Jadi, Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dari segi istilah yang dimaksud tes menurut Anne Anastasi adalah alat pengukur yang mempunyai standart yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku para individu. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan yang lain.[1]
Jadi, tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya untuk mengetahui kemampuan bahasa tersebut. Misalnya dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

2.         Tes Kebahasaan
Tes kebahasaan merupakan bagian dari kegiatan pengajaran bahasa secara keseluruhan. Kegiatan tes sangat diperlukan dalam pengajaran bahasa karena berdasarkan informasi tes itulah dapat dilakukan penilaian secara objektif, khususnya terhadap hasil belajar bahasa siswa. Informasi tentang hasil belajar siswa tersebut, pada giliran selanjutnya, juga dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk meningkatkan pengajaran bahasa selanjutnya.[2]
Berdasarkan kriteria bagaimana bahasa dikaji dan ditelaah, maka tes dikembangkan berdasarkan pandangan yang berbeda dalam memahami hakikat bahasa. Dari latar belakang pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat dikelompokkan menjadi:
a.         Tes diskrit
Tes diskrit adalah tes yang hanya menekankan atau menyangkut satu aspek kebahasaan pada satu waktu. Tiap satu butir soal hanya dimaksudkan untuk mengukur satu aspek kebahasaan, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, atau kosa kata.[3]
Contoh:
Sasara Tes
Tugas
Butir Tes
Kunci Jawaban
Bunyi Bahasa
Tuliskan konsonan cara pengucapannya dengan alat ucap saling bersentuhan yang terdapat pada pelafalan kata-kata berikut
baikpin 
minum
/b//p/ 
/m/
Kosakata
Tulislah lawan kata dari kata-kata berikut
Riuh menulis 
hidup
Sunyi membaca 
mati
Tata Bahasa
Tulislah kata baku dari kata-kata berikut
Nopember apotik 
ijin
November apotek 
izin
b.         Tes integratif
Tes integratif adalah suatu tes kebahasaan yang berusaha mengukur beberapa aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa pada satu waktu.[4]
Contoh:
·           Memahami bacaan yang dibaca atau yang didengar.
·           Kata rekonsiliasi pada alinea pertama bacaan di atas berarti:
a)    *Kerukunan kembali
b)   Perundingan kembali
c)    Perhubungan kembali
d)   Pengertian perselisihan


c.         Tes pragmatik
Dalam tes pragmatif tidk lagi ditemui adanya tes struktur atau kosa kata atau unsur-unsur kebahasaan yang lain secara sendiri, melainkan semua unsure kebahasaan dan bahkan langsung dikaitkan dengan unsur ekstralinguistik sekaligus.[5]
Contoh tes komprehensi dengar dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
Rangsang yang diperdengarkan
ü  Pram yang datang pukul 10.00 lebih dahulu daripada Zam, tetapi terlambat satu jam daripada Zul.
Jawaban dalam lembar tugas
a)      Pram datang paling dahulu
b)      Zul datang sesudah Zam
c)      *Zul datang sebelum Zam
d)     Zan datang sebelum Pram
d.         Tes komunikatif
Tes bahasa komunikatif ialah tes yang biasanya tidak digunakan untuk mengukur kemampuan gramatikal, yang lebih menitikberatkan pada komunikasi. Tes yang dimaksud untuk memberi tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu, dengan kaitan yang jelas dengan konteks nyata.termasuk kemampuan komunikatif, tes komunikatif perlu dikembangkan.[6]
Secara konkrit tes komuniktif akan melibatkan tes kompetensi kebahasaan dan keempat kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Tes terhadap keempat aspek itu harus kontekstual, artinya harus berada dalam situasi pemakaian yang sesungguhnya, wajar, dan berada dalam konteks tertentu.
Untuk memudahkan mencari pemakain bahasa yang kontekstual yang dapat diteskan, kita dapat memanfaatkan media elektronika televisi yang dewasa ini semakin suntuk dinikmati masyarakat. Kita dapat menugasi siswa untuk mencermati siaran-siaran tertentu, misalnya film-film kartun, film anak-anak, sinetron, warta berita, dan lain-lain. Pencermatan terhadap acara-acara tersebut kemudian dimanfaatkan untuk tugas menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.[7]

3.         Tes Kompetensi Kebahasaan
Tes kosa kata
Kemampuan memahami kosa kata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedang kemampuan mempergunakan kosa kata tampak dalam kegiatan berbicara dan menulis. Oleh karena itu, tes keampuan kosa kata biasanya langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif dan produktif bahasa secara keseluruhan. Misalnya, tes pemahaman kata-kata sulit yang terdapat dalam sebuah bacaan dalam rangka tes kemampuan membaca.
Bahan tes kosa kata
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes kosa kata adalah sebagai berikut:
a.         Tingkat dan jenis sekolah
Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes kosa kata adalah subjek didik yang akan dites. Pembedaan kosa kata yang diteskan pada umumnya didasarkan pada buku pelajaran yang digunakan untuk masing-masing tingkat dan kelas yang bersangkutan.
b.          Tingkat kesulitan kosa kata
Pemilihan kosa kata yang diteskan hendaknya juga mempertimbangkan tingkat kesulitannya, tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit, atau butir-butir tes kosa kata yang tingkat kesulitannya layak. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, tentunya tingkat kesulitan kosa kata tidak sama bagi siswa untuk tingkat sekolah yang berbeda.
c.         Kosa kata pasif dan aktif
Pemilihan kosa kata hendaknya mempertimbangkan apakah ia dimaksudkan untuk tes penguasaan kosa kata yang bersifat pasif atau aktif. Kosa kata pasif adalah kosa kata untuk penguasaan reseptif, kosa kata yang hanya untuk dipahami dan tidak untuk dipergunakan. Kosa kata aktif adalah kosa kata untuk penguasaan produktif, kosa kata yang dipergunakan untuk menghasilkan bahasa dalam kegiatan berkomunikasi.
d.        Kosa kata umum, khusus, dan ungkapan
Tes kosa kata hendaknya juga mempertimbangkan adanya kata yang bermakna denotatif dan konotatif, atau ungkapan-ungkapan. Baik untuk kata yang bermakna denotatif maupun konotatif mempunyai perbedaan tingkat-tingkat kesulitan.
Tingkatan tes kosa kata
a.         Tes kosa kata tingkat ingatan
Tes kosa kata pada tingkat ingatan (C1) sekedar menuntut kemampuan siswa untuk mengingat makna, sinonim, atau antonim sebuah kata, definisi atau pengertian sebuah kata, istilah, atau ungkapan.
Contoh:
ü  Besar kepala
a)      Pengantuk
b)      *Sombong
c)      Pusing
d)     Pembual
ü  Mengingau
a)      Berkata-kata pada diri sendiri
b)      Berkata-kata pada waktu tidur-tiduran
c)       *Berkata-kata pada waktu tak sadarkan diri
d)     Berkata-kata pada waktu menangis


b.          Tes kosa kata tingkat pemahaman
Tes kosa kata tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa untuk dapat memahami makna, maksud, pengetian, atau pengungkapan dengan cara lain kata-kata, istilah, atau ungkapan yang diujikan. Berbeda halnya dengan tes kosa kata tingkat ingatan, walaupun sama-sama bersifat reseptif, kosa kata yang diteskan harus selalu dalam kaitannya dengan konteks.
Bentuk teks kosa kata tingkat pemahaman dapat berupa latihan menerangkan kata-kata sendiri atau ungkapan yang ditentukan (biasanya digaris bawah atau disebut kembali), atau dapat berupa tes objektif pilihan ganda.
Contoh:
ü  Jelaskan maksud kata “kontemporer” yang terdapat bacaan di atas.

c.         Tes kosa kata tingkat penerapan
Tes kosa kata tingkat penerapan (C3) menuntut siswa untuk dapat memilih dan menerapkan kata-kata, istilah, atau ungkapan tertentu dalam suatu wacana secara tepat, uatu mempergunakan kata-kata tersebut untuk menghasilkan wacana.
Tes kosa kata untuk menghasilkan wacana biasanya berupa tugas untuk menyusun kalimat dengan kata-kata dan pikiran sendiri berdasarkan kata, istilah, atau ungkapan yang disediakan.
Contoh:
ü  Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di bawah ini:
a)      Komoditi
b)      Produktivitas
c)      Bermuka dua
d)     Pengejawantahan

d.        Tes kosa kata tingkat analisis
Untuk dapat mengerjakan tes kosa kata tingkat analisis (C4), siswa dituntut untuk melakukan kegiatan otak (kognitif) yang berupa analisis, baik hal itu berupa analisis terrhadap kosa kata yang diujikan maupun analisis terhadap wacana tempat kata tersebut (akan) diterapkan.
Bentuk tes jenjang anlisis di atas dapat juga dijadikan bentuk objek penjodohan (menjodohkan).[8]
Contoh:
a)    Dari seorang ilmuan seperti Umar Yunus telah banyak tulisa yang ditelorkan berdasarkan (1) …………… kesastraannya. (2) …………. Yang dicapainya mencerminkan ketekunan dan kesungguhan kerja, sebagaimana halnya seorang (3) …………… yang sedang menekuni masalah (4) ……………. Tentang suatu kejahatan. (5) ………….. dari kerja seperti itu sebenarnya tidaklah terlalu melimpah.
b)   (a) hasil                        (b) alat Negara                                    (c) pendalaman
(d) pendapatan                        (e) penelitian                           (f) abdi Negara           
(g) penyelidikan

B.       Keterampiln Berbahasa Indonesia
1.         Pengertian Keterampilan Berbahasa Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.

2.         Aspek Ketrampilan Berbahasa
Tarigan (1990: 351) membagi keterampilan berbahasa meliputi empat aspek.
Empat aspek tersebut, yaitu :
a.         Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,pemahaman,apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi,menangkap isi atau pesan ,serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Permasalahan dalam menyimak :
1.    Konsentrasi
Faktor yang mengganggu konsentrasi saat menyimak yaitu :
a)    Situasi dan kondisi lingkungan yang tidak nyaman
b)   Pakaian pembicara
c)    Orang yang datang terlambat
d)   Kurangnya penguasaan kata-kata ilmiah
e)    Cara pembicara menyampaian materi yang kurang menarik
Solusinya yaitu kita harus senantiasa menjaga pikiran agar selalu fokus dan berpusat pada objek pembicaraan,selain itu juga yang terpenting yaitu niat dan motivasi dari diri kita sendiri.
2.    Pendengaran
Kurangnya data dengar yang baik dan jelas dikarenakan bisingnya suasana lingkungan,karena ada gangguan pendengaran dan kurangnya alat yang medukung dalam kegiatan penyampain materi.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut yaitu kita harus selalu berkonsentrasi supaya apa yang disampaikan dapat kita terima dengan baik,apabila terdapat masalah dalam pendengaran sebaiknya diperiksakan ke dokter,dan dalam menyampaikan bahan simakan sebaiknya memakai alat bantu seperti microfon,auto focus,dan lain-lain.
3.    Pemahaman
Hal-hal yang menjadi penghambat proses pemahaman bahan simakan yaitu pembicara menggunakan kata-kata yang kurang baku,susunan kalimat yang tidak baik,dan kemampuan mengolah kalimat yang kurang baik.
Solusi untuk hal tersebut yaitu seharusnya pembicara menggunakan kata-kata yang baku,materi yang disampaikan harus memiliki susunan kalimat yang baik,dan sebagai penyimak haris berlatih untuk meningkatkan kemampuan otak dalam konsentrasi dan mengolah isi kalimat yang disampaikan.
4.    Cepat Lupa/Daya Ingat
Daya ingat yang kurang bisa menjadi penghambat dalam mengerti isi dari bahan simakan tersebut.Oleh karena itu kita dapat mencatat poin-poin penting dari materi tersebut,mereview catatan secara periodik,memperhatikan pembicara dengan seksama.
Ada beberapa langkah khusus dalam meningkatkan kemampuan mengingat adalah sebagaimana dijelaskan oleh De Potter (2009) :
a)    Duduk di ruangan dengan pencahayaan yang baik.
b)   Gambarkan dengan nyata sesuatu yang bersifat abstrak.
c)    Buat sesuatu yang ingin diingat menjadi lucu,bahkan aneh sekalipun.
d)   Baca obyek pertama dan kedua,ucapkan keduanya dengan keras dan lantang tanpa melihat tulisan.
e)    Ulangi cara ini sampai benar-benar bisa mengucapkannya tanpa bantuan tulisan.
f)    Setiap selesai mengingat obyek,ulangi ucapannya tanpa tulisan dengan lantang
g)    Jika tidak bisa melakukannya dengan baik,ulangi mulai dari awal.
h)   Setelah yakin bisa mengingatnya istirahatlah 10-20 menit.
i)     Uji kembali,jika masih belum bisa mengingat dengan baik,gunakan cara-cara memonic, misalnya dengan mengingat kata awal, akronim, menyanyikan, atau membuat kategori.[9]

5.    Motivasi
Faktor yang menjadi penyebab menurunnya motivasi kita untuk menyimak yaitu cara penyampaian materi yang jenuh serta rasa malas untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Untuk meningkatkan motivasi,kita harus menguatkan tekad dan niat untuk mendapatkan ilmu dari simakan tersebut,melawan rasa malas itu dengan cara mengingat akan manfaat dari isi simakan tersebut,dan memiliki rasa keingintahuan dalam simakan tersebut.
6.    Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang kurang baik akan mengganggu konsentrasi kita saat menyimak.Berkaitan dengan hal tersebut sebaiknya kita memperhatikan situasi dan kondisi ruangan yaitu mengenai ketenangan ruangan,tempat yang dibutuhkan,dan alat-alat yang perlu dilibatkan,serta harus siapkan fisik dan mental yang baik dan tidak lelah.
7.    Bahasa/Kosakata
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan yang ada,memperbanyak membaca karena dari sana kosakata kita akan bertambah,mencari tahu arti dari kata yang belum kita tahu,serta konsentrasi agar kita dapat memahami materi yang sedang kita simak.
Cara memperluas kosa kata seseorang antara lain dapat dikemukakan:melalui proses belajar,melalui konteks,melalui kamus,kamus sinonim dan tesaurus,dan dengan menganalisa kata-kata.[10]

b.         Keterampilan Berbicara
Permasalahan dalam keterampilan berbicara :
1.    Kepercayaan diri
Percaya diri merupakan suatu apresiasi bagi diri sendiri.Faktor kurangnya kepercayaan diri kita yaitu selalu gemetar,tegang,kurang pengalaman,belum terbiasa berbicara ,kurang persiapan,dan pemalu sehingga sulit berbicara.
Solusi untuk permasalahn tersebut yaitu hendaknya sebelum berbicara kita berdoa terlebih dahulu,selalu berpikir positif dan tenang,yakin dan fokus pada apa yang tengah kita sampaikan,sering berkumpul dengan orang yang pandai berbicara,melatih berbicara yaitu bisa dengan berbicara di depan kaca atau di tempat sepi,sikap kita harus sipan,menebar senyum,dan berpakaian rapi,serta mempersiapkan kerangka pembicaraan.
Untuk mengurangi rasa gugup saat membawakan materi kita harus menjadi diri sendiri,biarkan personalitas anda menjadi rileks,gunakan teknik menari nafas dalam,mulai presentasi dimana anda merasa nyaman atau latihan dengan teman bagi perasaan takut dengan teman.[11]
2.    Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang apa yang akan dibicarakan dapat disebabkan karena kita tidak rajin membaca,sehingga saat akan menyampaikan materi kita akan tidak percaya diri.Solusinya yaitu rajin membaca,jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3.    Penyampaian
Cara penyampaian materi yang kurang baik akan membuat pendengar merasa bosan.Hal itu disebabkan karena percaya diri yang kurang ,ekspresi yang kurang,persiapan yang kurang dan pemberian penyegaran yang kurang.Oleh karena itu agar cara kita menyampaikan materi baik kita harus melakukan persiapan yang maksimal yaitu dengan membaca dan menguasai materi,berkatih berbicara/menyampaikannya dengan bahasa lisan yang baik dan melatih keterampilan dalam berbicara.
4.    Topik/materi
Salah satu masalah dalam keterampilan berbicara yaitu materi yang disampaikan kurang menarik.Oleh sebab itu sebelu kita menyampaikan materi kita harus pintar dan kreatif mencari topik yang sedang hangatdibicrakan di umum,dan bertanya kepada yang ahli untuk menambah informasi.
Untuk memilih sebuah topik yang baik,maka pembicara harus memerhatikan beberapa aspek berikut :
a)    Topik yang dipilih hendaknya telah diketahui serba sedikit,serta ada kemungkinan untuk memperoleh lebih banyak keterangan atau informasi.
b)   Persoalan yang dibawakan hendaknya menarik perhatian pembicara sendiri.
c)    Persoalan yang dibicrakan hendaknya menarik pula perhatian pendengar. Suatu topik dapat menarik perhatian pendengar karena : Topik itu mengenai persoalan para pendengar sendiri, Merupakan suatu jalan keluar dari suatu persoalan yang sedang dihadapi, Merupakan persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat atau persoalan yang jarang terjadi, Persoalan yang dibawakan mengandung konflik pendapat, Persoalan yang dibahas tidak boleh melampaui daya tangkap pendengar atau sebaliknya terlalu mudah untuk gaya intelektual pendengar dan Persoalan yang dibawakan dalam penyajian itu harus dapat diselelsaikan dalam waktu yang disediakan.Bila penyajian itu melampaui waktu yang ditetapkan ,maka perhatian pendengar akan merosot dan bahkan akan lenyap sama sekali.[12]
5.    Penguasaan materi
Masalah yang dihadapi yaitu kurangnya memahami materi yang akan dibicarakan dan malas memahmi materi.Solusinya yaitu rajin membaca buku agar dapat menguasai materi yang akan disampaikan.
6.    Situasi dan kondisi
Pembicara harus menyiapkan diri lahir maupun batin,suasana harus mendukung kegiatan tersebut,sarana dalam proses berbicara harus disesuaikan dengan kebutuhan,serta menyesuaikan pembicaraan dengan keadaan yang sedang berlansung saat itu dan perhatikan psikologi pendengaran.
Aristoteles mengemukakan bahwa situasi itu mencakup psikologi pendengaran :tua -muda, kaya-miskin dan sebagainya. Situasi juga mencakup tujuan berbicara yaitu apakah pidato itu dimaksudkan untuk pengadilan, politik, pementasan atau ibadah. Atau apakah pidato bersifat umum atau khusus.[13]
7.    Penampilan
Penampilan adalah penentu keberhasilan dalam berbicara.Oleh karena itu penampilan harus disesuaikan dengan keadaan acara,untuk menarik perhatian pendengar,kita harus berani berbicara di depan umum,serta kondisi tubuh harus fit.
8.    Diksi/pengetahuan bahasa (verbal)
Permasalahn dalam pengetahuan bahasa yaitu meliputi bahasa / pilihan kata yang tidak mudah di mengerti, berbicara dengan kosa kata yang salah, ketika melafalkan kosa kata tidak di bacakan kepanjangannya .Oleh karena itu pengucapan dalam jeda kata-kata di sesuaikan oleh kemampuan pendengar,bahasa yang baik dan benar terlihat dengan meyakinkan si pendengar,apabila ada singkatan kata maka disebutkan arti singkatannya.
c.         Keterampilan Membaca
Membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang-lambang tulis dengan pengertian yang tepat untuk mendapatkan informasi. Permasalahan dalam membaca:
1.    Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan jenis kegiatan memahami isi bacaan secara mendalam.Membaca pemahaman menuntut kegiatan mengingat agar dapat mengetahui dan mengingat hal-hal pokok.
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini yaitu lambatnya memahami materi bacaan yang dibaca.Solusinya yaitu kita harus benar-benar konsentrasi dan fokus ketika membaca,menandai hal-hal penting dari bacaan tersebut,menanyakan hal-hal yang belum difahami kepada orang yang sudah faham,dan menghayati maksud dari bacaan tersebut.
2.    Penguasaan kosakata
Penguasaan kosakata bahasa yang masih kurang menjadi kendala dalam proses membaca.Oleh karena itu kita seharusnya memperluas dan memperbanyak pengetahuan kosakata yaitu dengan cara sering membaca dan mencari kosakata dalam kamus besar bahasa Indonesia,mencari sinonim dari kata-kata tersebut,memperbanyak membaca bacaan,dan banyak berkomunikasi dengan orang-orang sehingga kosakata bahasa kita menjadi bertambah.
3.    Konsentrasi
Konsentrasi ketika membaca yang kurang maksimal bisa disebabkan karena situasi dan kondisi kita yang kurang mendukung,ataupun minat membaca kita yang kurang sehingga proses membaca tidak efektif.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hendaknya kita memfokuskan fikiran kita terhadap bahan bacaan,cari tempat yang mendukung kenyamanan saat membaca,pikirkan manfaat membaca untuk masa depan dan tingkatkan minat kita dalam membaca.
4.    Motivasi
Kurangnya motivasi untuk membaca,rasa malas dan bosan merupakan hal yang menjadi faktor kurangnya keinginan kita dalam membaca.Untuk meningkatkan motivasi kita dalam membaca ada baiknya kita mencari buku yang menarik,paksakan dalam hati bahwa membaca itu merupakan suatu kebutuhan,dan ingatlah manfaat dari membaca untuk kemudian hari.

5.    Inti bacaan
Mengalami kesulitan mencari gagasan utama ketika membaca merupakan hal yang dapat mengganggu kegiatan membaca karena kita tidak akan tahu isi dari bacaan tersebut.Gagasan utama dapat ditemukan di awal paragraf (deduktif) dan di akhir paragraf (induktif).Kalimat utama memiliki ciri-ciri yaitu kalimat tersebut tidak memiliki kata penghubung,berdiri sendiri,dan tidak menggunakan kata ganti tunjuk atau orang. Untuk menemukan ide pokok dengan cepat,berikut ini langkah-langkahnya :
a)    Bacalah bacaan dengan cermat untuk mendapatkan ide pokok secara cepat,jangan membaca kata demi kata,tapi seraplah idenya,bergeraklah lebih cepat tapi jangan kehilangan pengertian
b)   Meskipun kalian membaca dengan cepat,kalian jangan terlalu cepat membaca di luar hal yang normal sehingga kehilangan pemahaman
c)    Jangan tergesa-gesa hingga mengkibatkan ketegangan
d)   Berkonsentrasi dan lepaskan dunia luar.
6.    Rendahnya kecepatan membaca
Untuk kegiatan membaca cepat ada dua teknik yang dapat kita terapkan yaitu teknik pindai (scanning) dan teknik layap (skimming). Teknik meningkatkan kecepatan membaca :
a)    Biasakan membaca dalam kelompok-kelompok kata,hindari membaca kata demi kata
b)   Jangan mengulang-ulang kalimat yang telah dibaca
c)    Jangan terlalu berhenti lama diawal baris atau kalimat
d)   Cari kata-kata kunci yang menandai adanya gagasan utama sebuah kalimat
e)    Abaikan saja kata-kata tugas yang sifatnya berulang-ulang.[14]
7.    Gerak bibir/vokalisasi
Gerakan bibir dan vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis menjadi setara kecepatan bicara. Hindari hal tersebut. Cara mudah untuk mengurangin gerakan bibir dan vokalisasi adalah dengan meletakkan pensil diantara kedua bibir Anda. Jika mulut mulai berbicara, anda akan merasakan pensil yang jatuh dan ulangi terus sampai kebiasaaan tersebut hilang.
8.    Keadaan ketika membaca
Siapkan kondisi yang baik,tidak boleh sambil tiduran,posisi duduk dalam keadaan tegak,tangan berada diatas meja,dan buku berada di depan mata.

d.         Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,tidak secara tatap muka dengan orang lain. Permasalahan dalam keterampilan menulis :
1.    Tata kalimat
Cara untuk menghindari tata kalimat yang tidak beraturan :
a)    Perhatikan susunan pembahasan
b)   Perhatikan SPOK
c)    Perhatikan EYD
d)   Perhatikan alinea
2.    Tidak terbiasa
Menulis akan tersa sulit karena kita belum terbiasa menulis,oleh karena itu agar kita terbiasa dengan menulis kita harus terus mencoba,tulislah apa yang ada di dalam pikiran kita,jangan takut dengan tulisan kita yang jelek,jangan memikirkan teori menulis.
3.     Tata tulis
Tata tulis yang baik dan benar itu sangat diperlkan dalam menulis karya ilmiah.Permasalahannya kita sering kali tidak mengetahui tata bahas yang benar.Oleh karena itu kita harus cermat dalam memakai kata-kata yang benar dan sesuai dengan EYD,bukan hanya itu tanda baca pun harus diperhatikan agar tidak menimbulkan salah arti.
4.    Motivasi
Faktor penghambat dalam keterampilan menulis yaitu motivasi yang masih kurang,hal itu disebabkan oleh rasa cepat capek,tulisan yang kurang sisitematis,tidak mengerti mengenai tulisan yang baik sehingga semua itu menjadikan kita malas untuk menulis.
Solusinya yaitu kita harus dipaksakan untuk menulis walaupun hanya perfaragraf,sering berlatih menulis.mempersiapkan fisik dan mental,serta berdoa kepada Tuhan.



5.    Pengetahuan
Pengetahuan kita yang kurang akan menghambat kegiatan proses menulis,karena menulis itu memerlukan ide yang dan pengetahuan yang luas.Maka kita harus memperbanyak ilmu pengetahuan dan sering mencari informasi dimanapun itu.
6.    Kecepatan
Lambanya kita menulis dapat menyebabkan tertinggalnya informasi penting yang harus di tulis,hal itu bisa disebabkan karena penyajian materi yang terlalu cepat atau karena ada hal yang mengganggu.
Maka agar kegiatan menulis itu cepat sebaiknya menulis dengan menyingkat sesuai dengan perkataan yang kita mengerti,tutup aplikasi yang sekiranya dapat mengganggu kita saat menulis,dan sering membiasakan diri untuk menulis.
7.    Kurang percaya diri
Faktor penghambatnya yaitu pemalu dan kurang berlatih menulis.Solusinya ialah kembangkan ekspresi,hilangkan kata, rasa dan pikiran malu,memiliki motivasi,dan hilangkan rasa takut.
8.    Menentukan tema
Kesulitan dalam menentukan tema suatu bahan pembicaraan disebabkan oleh keterbatasan ide,minimnya kosakata,dan tidak fokusnya tema.Sehinnga kita harus benar-benar memiliki ide yang kreatif,selanjutnya membuat kerangka tema,membuat poin-poin tema lalu membuat tema yang sesuai. Cara menentukan topik dan tema yang baik :
a)    Sesuatu  yang menarik perhatian penulis,topik yang menarik perhatian akan memotivasi penulis secara terus menerus,mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan akan dituangkan dalam tulisannya.
b)   Usahakan topik merupakan hal yang umum diketahui oleh penulis karena hal ini penting sebagi bahan eksplorasi dan sangat berguna untuk mengembangkan tulisan.
c)    Topik hendaknya bukan hal yang terlalu luas atau terlalu sempit.
d)   Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat,ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.
e)    Topik bukanlah sesuatu yang terlalu baru,terlalu teknis,dan terlalu kontroversial.Topik yang terlalu baru akan menyulitkannya dalam mencari referensi karena memang belum ada.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang terlalu kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara obyektif.[15]






[1] Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Prees, 2009) hal. 65
[2] Burhan Nurgiantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2001) hal. 161

[3] Ibid, hal. 169
[4] Ibid, hal. 173

[7] Burhan Nurgiantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2001) hal. 188
[8] Ibid, hal. 213-226
[9] Septi Gumiandari, Faqihuddin, Muslihuddin, dan Fuad Faizi, Succes Guide, dijelaskan oleh De Potter, (Cirebon: Nurjati Press, 2012) hal.40-41.
[10] Gorys Kerap, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Nusa Indah, 1984) hal.67.
[11] Alek dan Ahmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana prenada Media, 2010) hal.54.
[12] Alek dan Ahmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta: Kencana prenada Media, 2010) hal.33.
[13] Gorys Kerap, Diksi dan Gaya Bahasa,(Jakarta: Nusa Indah,1984) hal.11.
[14] Mafrukhi, Wahono, dkk, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca, karangan Nurhadi, (Jakarta: Erlangga, 2007) hal.30-31.
[15] Septi Gumiandari, Faqihuddin, Muslihuddin,dan Fuad Faizi, Succes Guide, (Cirebon: Nurjati Press, 2012) hal.55-56.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar