A. Jenis-Jenis Tes Kebahasaan
1.
Pengertian Tes
Tes adalah suatu pertanyaan atau
tugas yang teren
cana untukü memperoleh informasi tentang
objek atau sasaran tes yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Jadi, Tes bahasa adalah
suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi
pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap
kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dari segi istilah yang dimaksud tes menurut Anne
Anastasi adalah alat pengukur yang mempunyai standart yang obyektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku para individu. Sedangkan menurut
Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada
individu atau sekelompok individu untuk membandingkan kecakapan mereka satu
dengan yang lain.[1]
Jadi, tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang
digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya untuk mengetahui
kemampuan bahasa tersebut. Misalnya dengan melakukan pengukuran terhadap
kemampuan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
2.
Tes Kebahasaan
Tes kebahasaan
merupakan bagian dari kegiatan pengajaran bahasa secara keseluruhan. Kegiatan
tes sangat diperlukan dalam pengajaran bahasa karena berdasarkan informasi tes
itulah dapat dilakukan penilaian secara objektif, khususnya terhadap hasil
belajar bahasa siswa. Informasi tentang hasil belajar siswa tersebut, pada
giliran selanjutnya, juga dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk meningkatkan
pengajaran bahasa selanjutnya.[2]
Berdasarkan kriteria
bagaimana bahasa dikaji dan ditelaah, maka tes dikembangkan berdasarkan
pandangan yang berbeda dalam memahami hakikat bahasa. Dari latar belakang
pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Tes diskrit
Tes diskrit adalah tes
yang hanya menekankan atau menyangkut satu aspek kebahasaan pada satu waktu.
Tiap satu butir soal hanya dimaksudkan untuk mengukur satu aspek kebahasaan,
misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, atau kosa kata.[3]
Contoh:
Sasara
Tes
|
Tugas
|
Butir
Tes
|
Kunci
Jawaban
|
Bunyi
Bahasa
|
Tuliskan
konsonan cara pengucapannya dengan alat ucap saling bersentuhan yang terdapat
pada pelafalan kata-kata berikut
|
baikpin
minum
|
/b//p/
/m/
|
Kosakata
|
Tulislah
lawan kata dari kata-kata berikut
|
Riuh menulis
hidup
|
Sunyi membaca
mati
|
Tata
Bahasa
|
Tulislah
kata baku dari kata-kata berikut
|
Nopember apotik
ijin
|
November apotek
izin
|
b.
Tes integratif
Tes integratif adalah
suatu tes kebahasaan yang berusaha mengukur beberapa aspek kebahasaan atau
keterampilan berbahasa pada satu waktu.[4]
Contoh:
·
Memahami bacaan yang
dibaca atau yang didengar.
·
Kata rekonsiliasi
pada alinea pertama bacaan di atas berarti:
a) *Kerukunan kembali
b) Perundingan kembali
c) Perhubungan kembali
d) Pengertian perselisihan
c.
Tes pragmatik
Dalam tes pragmatif
tidk lagi ditemui adanya tes struktur atau kosa kata atau unsur-unsur
kebahasaan yang lain secara sendiri, melainkan semua unsure kebahasaan dan
bahkan langsung dikaitkan dengan unsur ekstralinguistik sekaligus.[5]
Contoh tes komprehensi
dengar dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
Rangsang yang
diperdengarkan
ü
Pram yang datang pukul
10.00 lebih dahulu daripada Zam, tetapi terlambat satu jam daripada Zul.
Jawaban dalam lembar
tugas
a) Pram datang paling dahulu
b) Zul datang sesudah Zam
c) *Zul datang sebelum Zam
d) Zan datang sebelum Pram
d.
Tes komunikatif
Tes bahasa komunikatif
ialah tes yang biasanya tidak digunakan untuk mengukur kemampuan gramatikal,
yang lebih menitikberatkan pada komunikasi. Tes yang dimaksud untuk memberi
tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu,
dengan kaitan yang jelas dengan konteks nyata.termasuk kemampuan komunikatif,
tes komunikatif perlu dikembangkan.[6]
Secara konkrit tes
komuniktif akan melibatkan tes kompetensi kebahasaan dan keempat kemampuan
berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Tes terhadap
keempat aspek itu harus kontekstual, artinya harus berada dalam situasi
pemakaian yang sesungguhnya, wajar, dan berada dalam konteks tertentu.
Untuk memudahkan
mencari pemakain bahasa yang kontekstual yang dapat diteskan, kita dapat
memanfaatkan media elektronika televisi yang dewasa ini semakin suntuk
dinikmati masyarakat. Kita dapat menugasi siswa untuk mencermati siaran-siaran
tertentu, misalnya film-film kartun, film anak-anak, sinetron, warta berita,
dan lain-lain. Pencermatan terhadap acara-acara tersebut kemudian dimanfaatkan
untuk tugas menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.[7]
3.
Tes Kompetensi Kebahasaan
Tes kosa
kata
Kemampuan memahami kosa kata terlihat dalam kegiatan
membaca dan menyimak, sedang kemampuan mempergunakan kosa kata tampak dalam
kegiatan berbicara dan menulis. Oleh karena itu, tes keampuan kosa kata
biasanya langsung dikaitkan dengan kemampuan reseptif dan produktif bahasa
secara keseluruhan. Misalnya, tes pemahaman kata-kata sulit yang terdapat dalam
sebuah bacaan dalam rangka tes kemampuan membaca.
Bahan tes
kosa kata
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan bahan tes kosa kata adalah sebagai berikut:
a.
Tingkat dan jenis sekolah
Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes kosa
kata adalah subjek didik yang akan dites. Pembedaan kosa kata yang diteskan
pada umumnya didasarkan pada buku pelajaran yang digunakan untuk masing-masing
tingkat dan kelas yang bersangkutan.
b.
Tingkat kesulitan kosa
kata
Pemilihan kosa kata
yang diteskan hendaknya juga mempertimbangkan tingkat kesulitannya, tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sulit, atau butir-butir tes kosa kata yang
tingkat kesulitannya layak. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa,
tentunya tingkat kesulitan kosa kata tidak sama bagi siswa untuk tingkat
sekolah yang berbeda.
c.
Kosa kata pasif dan
aktif
Pemilihan kosa kata
hendaknya mempertimbangkan apakah ia dimaksudkan untuk tes penguasaan kosa kata
yang bersifat pasif atau aktif. Kosa kata pasif adalah kosa kata untuk
penguasaan reseptif, kosa kata yang hanya untuk dipahami dan tidak untuk
dipergunakan. Kosa kata aktif adalah kosa kata untuk penguasaan produktif, kosa
kata yang dipergunakan untuk menghasilkan bahasa dalam kegiatan berkomunikasi.
d.
Kosa kata umum, khusus, dan ungkapan
Tes kosa kata hendaknya juga mempertimbangkan adanya
kata yang bermakna denotatif dan konotatif, atau ungkapan-ungkapan. Baik untuk
kata yang bermakna denotatif maupun konotatif mempunyai perbedaan
tingkat-tingkat kesulitan.
Tingkatan
tes kosa kata
a.
Tes kosa kata tingkat ingatan
Tes kosa kata pada tingkat ingatan (C1) sekedar
menuntut kemampuan siswa untuk mengingat makna, sinonim, atau antonim sebuah
kata, definisi atau pengertian sebuah kata, istilah, atau ungkapan.
Contoh:
ü Besar kepala
a) Pengantuk
b) *Sombong
c) Pusing
d) Pembual
ü Mengingau
a) Berkata-kata
pada diri sendiri
b) Berkata-kata
pada waktu tidur-tiduran
c) *Berkata-kata pada waktu tak sadarkan diri
d) Berkata-kata
pada waktu menangis
b.
Tes kosa kata tingkat pemahaman
Tes kosa kata tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa
untuk dapat memahami makna, maksud, pengetian, atau pengungkapan dengan cara
lain kata-kata, istilah, atau ungkapan yang diujikan. Berbeda halnya dengan tes
kosa kata tingkat ingatan, walaupun sama-sama bersifat reseptif, kosa kata yang
diteskan harus selalu dalam kaitannya dengan konteks.
Bentuk teks kosa kata tingkat pemahaman dapat berupa
latihan menerangkan kata-kata sendiri atau ungkapan yang ditentukan (biasanya
digaris bawah atau disebut kembali), atau dapat berupa tes objektif pilihan
ganda.
Contoh:
ü Jelaskan
maksud kata “kontemporer” yang terdapat bacaan di atas.
c.
Tes kosa kata tingkat penerapan
Tes kosa kata tingkat penerapan (C3) menuntut siswa
untuk dapat memilih dan menerapkan kata-kata, istilah, atau ungkapan tertentu
dalam suatu wacana secara tepat, uatu mempergunakan kata-kata tersebut untuk
menghasilkan wacana.
Tes kosa kata untuk menghasilkan wacana biasanya
berupa tugas untuk menyusun kalimat dengan kata-kata dan pikiran sendiri
berdasarkan kata, istilah, atau ungkapan yang disediakan.
Contoh:
ü Buatlah
kalimat dengan menggunakan kata-kata di bawah ini:
a) Komoditi
b) Produktivitas
c) Bermuka dua
d) Pengejawantahan
d.
Tes kosa kata tingkat analisis
Untuk dapat mengerjakan tes kosa kata tingkat analisis
(C4), siswa dituntut untuk melakukan kegiatan otak (kognitif) yang berupa
analisis, baik hal itu berupa analisis terrhadap kosa kata yang diujikan maupun
analisis terhadap wacana tempat kata tersebut (akan) diterapkan.
Bentuk tes jenjang anlisis di atas dapat juga
dijadikan bentuk objek penjodohan (menjodohkan).[8]
Contoh:
a) Dari seorang
ilmuan seperti Umar Yunus telah banyak tulisa yang ditelorkan berdasarkan (1)
…………… kesastraannya. (2) …………. Yang dicapainya mencerminkan ketekunan dan
kesungguhan kerja, sebagaimana halnya seorang (3) …………… yang sedang menekuni
masalah (4) ……………. Tentang suatu kejahatan. (5) ………….. dari kerja seperti itu
sebenarnya tidaklah terlalu melimpah.
b) (a) hasil (b) alat Negara (c)
pendalaman
(d)
pendapatan (e) penelitian (f) abdi Negara
(g)
penyelidikan
B. Keterampiln Berbahasa Indonesia
1.
Pengertian Keterampilan Berbahasa
Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai
Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa
merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan
menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap
pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk
dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan
dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan
kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
2.
Aspek
Ketrampilan Berbahasa
Tarigan (1990: 351) membagi keterampilan berbahasa meliputi empat
aspek.
Empat aspek tersebut, yaitu :
Empat aspek tersebut, yaitu :
a.
Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian,pemahaman,apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi,menangkap isi atau pesan ,serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Permasalahan dalam
menyimak :
1.
Konsentrasi
Faktor yang mengganggu konsentrasi saat menyimak yaitu :
a) Situasi dan kondisi lingkungan yang tidak nyaman
b) Pakaian pembicara
c) Orang yang datang terlambat
d) Kurangnya penguasaan kata-kata ilmiah
e) Cara pembicara menyampaian materi yang kurang menarik
Solusinya yaitu kita harus senantiasa menjaga pikiran agar selalu fokus dan
berpusat pada objek pembicaraan,selain itu juga yang terpenting yaitu niat dan
motivasi dari diri kita sendiri.
2.
Pendengaran
Kurangnya data dengar yang baik dan jelas dikarenakan bisingnya suasana
lingkungan,karena ada gangguan pendengaran dan kurangnya alat yang medukung
dalam kegiatan penyampain materi.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut yaitu kita harus selalu berkonsentrasi
supaya apa yang disampaikan dapat kita terima dengan baik,apabila terdapat
masalah dalam pendengaran sebaiknya diperiksakan ke dokter,dan dalam
menyampaikan bahan simakan sebaiknya memakai alat bantu seperti microfon,auto
focus,dan lain-lain.
3.
Pemahaman
Hal-hal yang menjadi penghambat proses pemahaman bahan
simakan yaitu pembicara menggunakan kata-kata yang kurang baku,susunan kalimat
yang tidak baik,dan kemampuan mengolah kalimat yang kurang baik.
Solusi untuk hal tersebut yaitu seharusnya pembicara
menggunakan kata-kata yang baku,materi yang disampaikan harus memiliki susunan
kalimat yang baik,dan sebagai penyimak haris berlatih untuk meningkatkan
kemampuan otak dalam konsentrasi dan mengolah isi kalimat yang disampaikan.
4.
Cepat Lupa/Daya Ingat
Daya ingat yang kurang bisa menjadi penghambat dalam
mengerti isi dari bahan simakan tersebut.Oleh karena itu kita dapat mencatat
poin-poin penting dari materi tersebut,mereview catatan secara
periodik,memperhatikan pembicara dengan seksama.
Ada beberapa langkah khusus dalam meningkatkan
kemampuan mengingat adalah sebagaimana dijelaskan oleh De Potter (2009) :
a) Duduk di ruangan dengan pencahayaan yang baik.
b) Gambarkan dengan nyata sesuatu yang bersifat abstrak.
c) Buat sesuatu yang ingin diingat menjadi lucu,bahkan aneh sekalipun.
d) Baca obyek pertama dan kedua,ucapkan keduanya dengan keras dan lantang
tanpa melihat tulisan.
e) Ulangi cara ini sampai benar-benar bisa mengucapkannya tanpa bantuan
tulisan.
f) Setiap selesai mengingat obyek,ulangi ucapannya tanpa tulisan dengan
lantang
g) Jika tidak bisa melakukannya dengan baik,ulangi mulai dari awal.
h) Setelah yakin bisa mengingatnya istirahatlah 10-20 menit.
i) Uji kembali,jika masih belum bisa mengingat dengan baik,gunakan cara-cara memonic,
misalnya dengan mengingat kata awal, akronim, menyanyikan, atau membuat
kategori.[9]
5.
Motivasi
Faktor yang menjadi penyebab menurunnya motivasi kita
untuk menyimak yaitu cara penyampaian materi yang jenuh serta rasa malas untuk
mengikuti kegiatan tersebut.
Untuk meningkatkan motivasi,kita harus menguatkan
tekad dan niat untuk mendapatkan ilmu dari simakan tersebut,melawan rasa malas
itu dengan cara mengingat akan manfaat dari isi simakan tersebut,dan memiliki
rasa keingintahuan dalam simakan tersebut.
6.
Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang kurang baik akan mengganggu konsentrasi
kita saat menyimak.Berkaitan dengan hal tersebut sebaiknya kita memperhatikan situasi
dan kondisi ruangan yaitu mengenai ketenangan ruangan,tempat yang
dibutuhkan,dan alat-alat yang perlu dilibatkan,serta harus siapkan fisik dan
mental yang baik dan tidak lelah.
7.
Bahasa/Kosakata
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan
yang ada,memperbanyak membaca karena dari sana kosakata kita akan
bertambah,mencari tahu arti dari kata yang belum kita tahu,serta konsentrasi
agar kita dapat memahami materi yang sedang kita simak.
Cara memperluas kosa kata seseorang antara lain dapat
dikemukakan:melalui proses belajar,melalui konteks,melalui kamus,kamus sinonim
dan tesaurus,dan dengan menganalisa kata-kata.[10]
b.
Keterampilan Berbicara
Permasalahan dalam
keterampilan berbicara :
1.
Kepercayaan diri
Percaya diri merupakan suatu apresiasi bagi diri
sendiri.Faktor kurangnya kepercayaan diri kita yaitu selalu
gemetar,tegang,kurang pengalaman,belum terbiasa berbicara ,kurang persiapan,dan
pemalu sehingga sulit berbicara.
Solusi untuk permasalahn tersebut yaitu hendaknya
sebelum berbicara kita berdoa terlebih dahulu,selalu berpikir positif dan
tenang,yakin dan fokus pada apa yang tengah kita sampaikan,sering berkumpul
dengan orang yang pandai berbicara,melatih berbicara yaitu bisa dengan
berbicara di depan kaca atau di tempat sepi,sikap kita harus sipan,menebar
senyum,dan berpakaian rapi,serta mempersiapkan kerangka pembicaraan.
Untuk mengurangi rasa gugup saat membawakan materi
kita harus menjadi diri sendiri,biarkan personalitas anda menjadi
rileks,gunakan teknik menari nafas dalam,mulai presentasi dimana anda merasa
nyaman atau latihan dengan teman bagi perasaan takut dengan teman.[11]
2.
Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang apa yang akan
dibicarakan dapat disebabkan karena kita tidak rajin membaca,sehingga saat akan
menyampaikan materi kita akan tidak percaya diri.Solusinya yaitu rajin
membaca,jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3.
Penyampaian
Cara penyampaian materi yang kurang baik akan membuat pendengar
merasa bosan.Hal itu disebabkan karena percaya diri yang kurang ,ekspresi yang
kurang,persiapan yang kurang dan pemberian penyegaran yang kurang.Oleh karena
itu agar cara kita menyampaikan materi baik kita harus melakukan persiapan yang
maksimal yaitu dengan membaca dan menguasai materi,berkatih
berbicara/menyampaikannya dengan bahasa lisan yang baik dan melatih
keterampilan dalam berbicara.
4.
Topik/materi
Salah satu masalah dalam keterampilan berbicara yaitu
materi yang disampaikan kurang menarik.Oleh sebab itu sebelu kita menyampaikan
materi kita harus pintar dan kreatif mencari topik yang sedang hangatdibicrakan
di umum,dan bertanya kepada yang ahli untuk menambah informasi.
Untuk memilih sebuah topik yang baik,maka pembicara
harus memerhatikan beberapa aspek berikut :
a) Topik yang dipilih hendaknya telah diketahui serba sedikit,serta ada kemungkinan
untuk memperoleh lebih banyak keterangan atau informasi.
b) Persoalan yang dibawakan hendaknya menarik perhatian pembicara sendiri.
c) Persoalan yang dibicrakan hendaknya menarik pula perhatian pendengar. Suatu
topik dapat menarik perhatian pendengar karena : Topik itu mengenai persoalan
para pendengar sendiri, Merupakan suatu jalan keluar dari suatu persoalan yang
sedang dihadapi, Merupakan persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat
atau persoalan yang jarang terjadi, Persoalan yang dibawakan mengandung konflik
pendapat, Persoalan yang dibahas tidak boleh melampaui daya tangkap pendengar
atau sebaliknya terlalu mudah untuk gaya intelektual pendengar dan Persoalan
yang dibawakan dalam penyajian itu harus dapat diselelsaikan dalam waktu yang
disediakan.Bila penyajian itu melampaui waktu yang ditetapkan ,maka perhatian
pendengar akan merosot dan bahkan akan lenyap sama sekali.[12]
5.
Penguasaan materi
Masalah yang dihadapi yaitu
kurangnya memahami materi yang akan dibicarakan dan malas memahmi materi.Solusinya
yaitu rajin membaca buku agar dapat menguasai materi yang akan disampaikan.
6.
Situasi dan kondisi
Pembicara harus menyiapkan diri lahir maupun
batin,suasana harus mendukung kegiatan tersebut,sarana dalam proses berbicara
harus disesuaikan dengan kebutuhan,serta menyesuaikan pembicaraan dengan
keadaan yang sedang berlansung saat itu dan perhatikan psikologi pendengaran.
Aristoteles mengemukakan bahwa situasi itu mencakup
psikologi pendengaran :tua -muda, kaya-miskin dan sebagainya. Situasi juga mencakup
tujuan berbicara yaitu apakah pidato itu dimaksudkan untuk pengadilan, politik,
pementasan atau ibadah. Atau apakah pidato bersifat umum atau khusus.[13]
7.
Penampilan
Penampilan adalah penentu
keberhasilan dalam berbicara.Oleh karena itu penampilan harus disesuaikan
dengan keadaan acara,untuk menarik perhatian pendengar,kita harus berani
berbicara di depan umum,serta kondisi tubuh harus fit.
8.
Diksi/pengetahuan
bahasa (verbal)
Permasalahn dalam pengetahuan bahasa yaitu meliputi bahasa / pilihan kata yang tidak mudah di mengerti, berbicara dengan kosa kata yang salah, ketika melafalkan kosa kata
tidak di bacakan kepanjangannya .Oleh karena itu pengucapan dalam jeda
kata-kata di sesuaikan oleh kemampuan pendengar,bahasa yang baik dan benar terlihat dengan meyakinkan si pendengar,apabila ada singkatan kata maka disebutkan arti singkatannya.
c.
Keterampilan Membaca
Membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang-lambang
tulis dengan pengertian yang tepat untuk mendapatkan informasi. Permasalahan
dalam membaca:
1.
Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan jenis kegiatan memahami isi bacaan secara
mendalam.Membaca pemahaman menuntut kegiatan mengingat agar dapat mengetahui
dan mengingat hal-hal pokok.
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini yaitu lambatnya memahami materi
bacaan yang dibaca.Solusinya yaitu kita harus benar-benar konsentrasi dan fokus
ketika membaca,menandai hal-hal penting dari bacaan tersebut,menanyakan hal-hal
yang belum difahami kepada orang yang sudah faham,dan menghayati maksud dari
bacaan tersebut.
2.
Penguasaan kosakata
Penguasaan kosakata bahasa yang masih kurang menjadi kendala dalam
proses membaca.Oleh karena itu kita seharusnya memperluas dan memperbanyak
pengetahuan kosakata yaitu dengan cara sering membaca dan mencari kosakata
dalam kamus besar bahasa Indonesia,mencari sinonim dari kata-kata
tersebut,memperbanyak membaca bacaan,dan banyak berkomunikasi dengan
orang-orang sehingga kosakata bahasa kita menjadi bertambah.
3.
Konsentrasi
Konsentrasi ketika membaca yang kurang maksimal bisa disebabkan karena
situasi dan kondisi kita yang kurang mendukung,ataupun minat membaca kita yang
kurang sehingga proses membaca tidak efektif.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hendaknya kita memfokuskan
fikiran kita terhadap bahan bacaan,cari tempat yang mendukung kenyamanan saat
membaca,pikirkan manfaat membaca untuk masa depan dan tingkatkan minat kita
dalam membaca.
4.
Motivasi
Kurangnya motivasi untuk membaca,rasa malas dan bosan merupakan hal
yang menjadi faktor kurangnya keinginan kita dalam membaca.Untuk meningkatkan
motivasi kita dalam membaca ada baiknya kita mencari buku yang menarik,paksakan
dalam hati bahwa membaca itu merupakan suatu kebutuhan,dan ingatlah manfaat
dari membaca untuk kemudian hari.
5.
Inti bacaan
Mengalami kesulitan mencari gagasan utama ketika membaca merupakan hal yang
dapat mengganggu kegiatan membaca karena kita tidak akan tahu isi dari bacaan
tersebut.Gagasan utama dapat ditemukan di awal paragraf (deduktif) dan di akhir
paragraf (induktif).Kalimat utama memiliki ciri-ciri yaitu kalimat tersebut
tidak memiliki kata penghubung,berdiri sendiri,dan tidak menggunakan kata ganti
tunjuk atau orang. Untuk menemukan ide pokok dengan cepat,berikut ini
langkah-langkahnya :
a)
Bacalah bacaan dengan
cermat untuk mendapatkan ide pokok secara cepat,jangan membaca kata demi
kata,tapi seraplah idenya,bergeraklah lebih cepat tapi jangan kehilangan
pengertian
b)
Meskipun kalian membaca
dengan cepat,kalian jangan terlalu cepat membaca di luar hal yang normal
sehingga kehilangan pemahaman
c)
Jangan tergesa-gesa
hingga mengkibatkan ketegangan
d)
Berkonsentrasi dan
lepaskan dunia luar.
6.
Rendahnya kecepatan
membaca
Untuk kegiatan membaca cepat ada dua teknik yang dapat kita terapkan yaitu
teknik pindai (scanning) dan teknik layap (skimming). Teknik meningkatkan
kecepatan membaca :
a)
Biasakan membaca dalam
kelompok-kelompok kata,hindari membaca kata demi kata
b)
Jangan mengulang-ulang
kalimat yang telah dibaca
c)
Jangan terlalu berhenti
lama diawal baris atau kalimat
d)
Cari kata-kata kunci yang
menandai adanya gagasan utama sebuah kalimat
e)
Abaikan saja kata-kata
tugas yang sifatnya berulang-ulang.[14]
7.
Gerak bibir/vokalisasi
Gerakan bibir dan vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun
drastis menjadi setara kecepatan bicara. Hindari hal tersebut. Cara mudah untuk
mengurangin gerakan bibir dan vokalisasi adalah dengan meletakkan pensil
diantara kedua bibir Anda. Jika mulut mulai berbicara, anda akan merasakan
pensil yang jatuh dan ulangi terus sampai kebiasaaan tersebut hilang.
8.
Keadaan ketika membaca
Siapkan kondisi yang baik,tidak boleh sambil tiduran,posisi duduk
dalam keadaan tegak,tangan berada diatas meja,dan buku berada di depan mata.
d.
Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung,tidak secara tatap muka dengan orang lain. Permasalahan
dalam keterampilan menulis :
1.
Tata kalimat
Cara untuk menghindari
tata kalimat yang tidak beraturan :
a)
Perhatikan susunan
pembahasan
b)
Perhatikan SPOK
c)
Perhatikan EYD
d)
Perhatikan alinea
2.
Tidak terbiasa
Menulis akan tersa sulit karena kita belum terbiasa menulis,oleh karena itu
agar kita terbiasa dengan menulis kita harus terus mencoba,tulislah apa yang
ada di dalam pikiran kita,jangan takut dengan tulisan kita yang jelek,jangan
memikirkan teori menulis.
3.
Tata tulis
Tata tulis yang
baik dan benar itu sangat diperlkan dalam menulis karya ilmiah.Permasalahannya
kita sering kali tidak mengetahui tata bahas yang benar.Oleh karena itu kita
harus cermat dalam memakai kata-kata yang benar dan sesuai dengan EYD,bukan
hanya itu tanda baca pun harus diperhatikan agar tidak menimbulkan salah arti.
4.
Motivasi
Faktor penghambat dalam keterampilan menulis yaitu motivasi yang masih
kurang,hal itu disebabkan oleh rasa cepat capek,tulisan yang kurang sisitematis,tidak
mengerti mengenai tulisan yang baik sehingga semua itu menjadikan kita malas
untuk menulis.
Solusinya yaitu kita harus dipaksakan untuk menulis walaupun hanya
perfaragraf,sering berlatih menulis.mempersiapkan fisik dan mental,serta berdoa
kepada Tuhan.
5.
Pengetahuan
Pengetahuan kita yang kurang akan menghambat kegiatan proses
menulis,karena menulis itu memerlukan ide yang dan pengetahuan yang luas.Maka
kita harus memperbanyak ilmu pengetahuan dan sering mencari informasi dimanapun
itu.
6.
Kecepatan
Lambanya kita menulis dapat menyebabkan tertinggalnya informasi penting
yang harus di tulis,hal itu bisa disebabkan karena penyajian materi yang
terlalu cepat atau karena ada hal yang mengganggu.
Maka agar kegiatan menulis itu cepat sebaiknya menulis dengan menyingkat
sesuai dengan perkataan yang kita mengerti,tutup aplikasi yang sekiranya dapat
mengganggu kita saat menulis,dan sering membiasakan diri untuk menulis.
7.
Kurang percaya diri
Faktor penghambatnya yaitu pemalu dan kurang berlatih menulis.Solusinya
ialah kembangkan ekspresi,hilangkan kata, rasa dan pikiran malu,memiliki
motivasi,dan hilangkan rasa takut.
8.
Menentukan tema
Kesulitan dalam menentukan tema suatu bahan pembicaraan disebabkan oleh
keterbatasan ide,minimnya kosakata,dan tidak fokusnya tema.Sehinnga kita harus
benar-benar memiliki ide yang kreatif,selanjutnya membuat kerangka tema,membuat
poin-poin tema lalu membuat tema yang sesuai. Cara menentukan topik dan tema
yang baik :
a)
Sesuatu yang menarik perhatian penulis,topik yang
menarik perhatian akan memotivasi penulis secara terus menerus,mencari
data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan akan dituangkan
dalam tulisannya.
b)
Usahakan topik
merupakan hal yang umum diketahui oleh penulis karena hal ini penting sebagi
bahan eksplorasi dan sangat berguna untuk mengembangkan tulisan.
c)
Topik hendaknya bukan
hal yang terlalu luas atau terlalu sempit.
d)
Topik yang dipilih
hendaknya bermanfaat,ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dari segi
praktis.
e)
Topik bukanlah sesuatu
yang terlalu baru,terlalu teknis,dan terlalu kontroversial.Topik yang terlalu
baru akan menyulitkannya dalam mencari referensi karena memang belum ada.Topik
yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar
menguasai bahan penulisannya.Topik yang terlalu kontroversial akan menimbulkan
kesulitan untuk bertindak secara obyektif.[15]
[1]
Anas Sudjiono, Pengantar
Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Prees, 2009) hal. 65
[2]
Burhan Nurgiantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra,
(Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2001) hal. 161
[3]
Ibid, hal. 169
[4]
Ibid, hal. 173
[7]
Burhan
Nurgiantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA,
2001) hal. 188
[8]
Ibid, hal.
213-226
[9]
Septi
Gumiandari, Faqihuddin, Muslihuddin, dan Fuad Faizi, Succes Guide, dijelaskan
oleh De Potter, (Cirebon: Nurjati Press, 2012) hal.40-41.
[10]
Gorys Kerap, Diksi
dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Nusa Indah, 1984) hal.67.
[11]
Alek dan Ahmad,
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana prenada
Media, 2010) hal.54.
[12]
Alek dan Ahmad,
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta: Kencana prenada Media,
2010) hal.33.
[13]
Gorys Kerap, Diksi
dan Gaya Bahasa,(Jakarta: Nusa Indah,1984) hal.11.
[14]
Mafrukhi, Wahono,
dkk, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca, karangan Nurhadi, (Jakarta:
Erlangga, 2007) hal.30-31.
[15]
Septi
Gumiandari, Faqihuddin, Muslihuddin,dan Fuad Faizi, Succes Guide, (Cirebon:
Nurjati Press, 2012) hal.55-56.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar